Anda pasti pernah mendengar orang mengucapkan kata-kata seperti di bawah ini :
” Kemampuan saya memang hanya seperti ini, tidak ada yang bisa saya perbuat !”
” Bekal pendidikan saya terlalu rendah untuk bisa mengikuti pembicaraan itu !”
” Saya tidak punya pengalaman sama sekali !”
” Saya terlalu lemah untuk menjalani cobaan ini ¡”
“ Ini adalah masa tersulit dalam hidup saya, saya tidak berdaya menghadapinya ¡”
“ Sekeras apa pun berusaha, saya tidak akan menyamai mereka ¡”
Apa yang ada di pikiran Anda mendengar semua itu ? Pastinya kesan lemah, tak berdaya, kasihan, cengeng, manja, pecundang, dan berbagai istilah lainnya yang menunjukkan tiadanya kemampuan diri atau ketangguhan diri. Kesan cengengnya kadang menimbulkan rasa sebal, apalagi jika berulang-ulang dikatakan tanpa upaya sedikitpun untuk mengatasi kelemahan tersebut. Dan bagaimana jika yang mengucapkan ternyata adalah Anda sendiri ? Mengerikan bukan ??!
Tanpa sadar, dalam berbagai cara dan bentuk, kita kadang bersikap seperti itu. Namanya mengasihani diri (self-pity). Kita dramatiisir kelemahan yang ada pada diri kita untuk memperoleh permakluman, untuk menjadi alasan tidak melakukan sesuatu. Alih-alih mencari cara untuk menutup kelemahan tersebut, yang kita lakukan justru berkubang di dalamnya, menghindar dari berbagai tanggung jawab yang semestinya menjadi bagian kita untuk melaksanakannya.
Di blog http://myblog.tandhy.com/2008/12/10-racun-dalam-diri- yang-perlu-dihindari/, perilaku mengasihani diri ini disebut sebagai salah satu dari 10 racun dalam diri yang perlu dihindari. Karena merupakan racun, maka diperlukan upaya untuk menetralisirnya. Tapi http://www.adeshendra.com/2008/08/mengasihani-diri-sendiri- perlukah.html menuliskan bahwa yang tidak baik adalah bila mengasihani diri secara total. Jika mengasihani diri hanya untuk introspeksi dan evaluasi diri menuju kesadaran baru justru bagus karena dimaksudkan untuk perbaikan. Untuk mempertegas penggambarannya, di blog ini penulis menyajikan puisi Gibran berjudul ” Bangsa Kasihan”.
Karena perilaku ini bersifat kontra-produktif, banyak blog menulis tentang bagaimana mengatasi hal ini. Diantaranya yaitu :
Dini Johan menulis di http://www.dradio1034fm.or.id/ detail.php?id=3888 tentang bagaimana seorang Victor Frankl, seorang dokter yang menjadi tahanan Nazi Jerman, dapat tetap survive karena dia tidak membiarkan dirinya larut dalam terpaan badai yang menimpanya. Terinspirasi kisah tersebut, ia menguraikan berbagai sikap positif untuk survival, dan mengajak kita untuk mendapatkan manfaat dari bersuka cita. Sedangkan http://kabarihariini.blogspot. com/2007/08/mengasihani-diri-sendiri.html memandang hal ini sebagai penyakit yang menghalangi keberhasilan. Penulis membandingkan dirinya dengan rekannya yang pengusaha sukses. Pengusaha sukses tidak bersikap seperti ini dan melihat bahwa yang membuat dirinya belum sukses karena masih sering mengasihani diri..
Menyimak dan mempelajari bagaimana orang sukses mengatasi perilaku ini juga ditulis di http://www.seo-id.com/ ternyata-saya-seorang-pecundang.html. Ada Bill Gates, Larry Page, Ny. Susi dari Pangandaran. Termasuk kisah Den Mas Sugeng (http://www.kickandy.com/topik.asp?id=124) yang mampu membangkitkan naluri untuk tetap bertahan hidup bagi banyak orang.
Ada blog yang menyarankan pengalihan fokus. Penulis di http:// aditpunya.dagdigdug.com/2008/12/22/mengenal-kekurangan-diri/
mengajak agar lebih fokus kepada kelebihan diri dan mensyukurinya. Selanjutnya bertindak berdasarkan potensi terbaik yang dipunyai. Pengalihan fokus juga bisa dilakukan fokus ke masalah lain/orang lain dan peduli kepada orang lain. Dengan demikian tidak memikirkan masalah sendiri saja. Cara ini disarankan oleh Pestaria Happy di http://www.andriewongso.com/awartikel-501-Artikel_Anda-Change_ Your_Focus.
Ada dua artikel yang menulis tentang keberanian menjalani hidup. Cerita tentang Jennie S. Bev di http://krenungan.org/ wordpress/2006/06/?p=394 mengajak untuk mentertawai kesusahan. Perilaku mengasihani diri disebutkan sebagai wujud kurangnya keberanian dan rasa syukur, meskipun sudah diberi banyak kenikmatan. Bagi yang meragukan ketulusan Sang Pencipta perlu membaca http://www.vibizlife.com/beyourself_details.php?pg =beyourself&id=12233⊂=beyourself&awal=20&page=3. Disana ditulis bahwa untuk merasakan ketulusan tsb perlu kuat bagai tentara, ditulis dalam bentuk puisi.
Tragedi akibat bencana dan sebab lainnya sering meninggalkan banyak kepedihan. Agar para korbannya tidak terjebak perilaku mengasihani diri berkepanjangan, beberapa blog menuliskan tatacara pemulihan diri. Kristi Poerwandari menulis di blog http://www.pulih.or.id/?lang=&page=article&id=113 tentang pemulihan dari tragedi melalui cara alamiah dan komunal. Di http://www.kapanlagi.com/a/tips-atasi-phk.html
ditulis pemulihan selepas PHK. Tak kurang, ada juga pemulihan selepas putus cinta dapat Anda jumpai di http://www.bloggaul. com/bonze/readblog/33753/kamu-bisaaa-majuuuu.
Serta saran bagaimana menghadapi kondisi kehilangan mood, penolakan, dan kejenuhan di http://d.metacamp.us/32/ long-day-so-what.html.
Orang yang menderita depresi cenderung larut dalam kesedihan dan mengasihani diri. Blog http://wawanhr.wordpress.com/2008/ 01/15/depresi-dan-reformasi-diri/ menyajikan 7 langkah yang harus dihindari serta agenda mereformasi diri.
Akhirnya, dua blog berikut ini menyajikan uraian cukup lengkap yang dapat membantu kita memahami hakikat permasalahan, serta pendekatannya untuk meraih kemenangan. Blog http://setiyo. blogspot.com/2007/09/hakikat-masalah-dan-pendekatannya.html menyajikan tulisan Abdul Hayat mengenai hakikat masalah dan pendekatannya dari sudut pandang Islam, sedangkan resume tayangan acara Mario Teguh pada tanggal 23 September 2009 dapat dibaca di http://salamsuper.com/mario-teguh-tvone-23-september-2009-satu- kemenangan.
Selamat membaca.
Cara Mendidik Anak : Suatu Diskusi Kecil.
14 tahun yang lalu
0 Comments:
Post a Comment