Jumat, 11 Desember 2009

Program Akselerasi Sekolah.

Pada saat anak sulung saya mendaftar masuk SMA, karena prestasinya yang baik ia ditawari pihak sekolah untuk ikut program akselerasi dua tahun. Anak saya dan saya (kami kompak mengenai hal ini) menolak tawaran tersebut dan lebih memilih program SI (Sekolah Internasional) yang normal tiga tahun. Hal yang sama sekarang berulang pada anak kedua saya. Benarkah langkah kami ini ?

Mungkin karena kuper atau sibuk dengan hal lain, saya tidak tahu bahwa selama ini cukup banyak pro-kontra tentang program akselerasi di sekolah. Barulah saat saya blogging mencari bahan posting ini, saya sadar adanya pro-kontra tersebut. Dulu sewaktu saya memutuskan menolak, saya pikir keluarga kami aneh sendiri, eh tidak tahunya banyak juga yang sepaham. Mana yang benar ? Tidak tahu !

Yang saya tahu, anak-anak saya membutuhkan bekal yang lengkap untuk mengarungi masa depannya. Mereka perlu memiliki ketangguhan menghadapi kehidupan yang kompleks ini. Bukan hanya masalah karir pekerjaan saja, ada masalah keluarga, dan ada masalah sosial kemasyarakatan. Dan yang saya tahu, dunia sekolah tidak cukup membekali semua itu.

Kalau waktunya habis dijejali program akselerasi dengan materi pelajaran sekolah yang demikian padat, kapan waktunya nongkrong-nongkrong (inget masa muda nih) ?. Hidup terlalu efisien, tak pernah wasting time, selalu jadi “anak hebat”, tanpa pernah tahu rasanya gagal, buat saya bukan bekal pengalaman yang cukup untuk menghadapi pertarungan. Kurang lengkap rasanya.

Tidak perlu risau jika anda berbeda pendapat dengan saya. Kita memiliki latar belakang masing-masing yang mendasari pendapat kita. Kalau saya, yang punya ijazah SD hingga SMA dengan nomor urut 1, masuk universitas ternama tanpa test, dan saya tinggalkan begitu saja hanya karena teater dan organisasi kepemudaan, tentunya wajar kan jika punya pendapat demikian ? Dan ternyata, tantangan dunia kerja dan dunia wirausaha yang saya hadapi saat ini membutuhkan semua pengalaman saya tersebut.

Wah, jadi kepanjangan ulasannya nih. Kita mulai saja bagaimana situs/blog berbicara tentang hal ini.

http://www.smun8.net/
menyajikan informasi penerapan program akselerasi di SMUN 8 Jakarta. Saya sajikan sebagai pembuka untuk memperoleh gambaran bagaimana salah satu SMU ternama ini menerapkannya dilengkapi berbagai fasilitas yang luar biasa. Sayangnya tidak semua sekolah mampu seperti ini.

http://cendana.web.id/
mengusung judul Program Akselerasi, Perlukah ? Yang ini sepaham dengan saya.

http://apa-adanya.blogspot.com/
menuliskan pendapat seorang guru bernama Sobirin Nur, bahwa ada tahapan belajar anak yang dipangkas oleh program ini.

http://zulfa4wliya.wordpress.com/
berisi tulisan berjudul Plus Minus Program Akselerasi, memuat pembahasan yang agak berimbang.

http://www.pikiran-rakyat.com/
berisi tulisan singkat dengan judul Program Akselerasi Perlu Seleksi Ketat.

http://www.sampoernafoundation.org/
memandang perlunya perlakuan yang berbeda terhadap anak didik sesuai tingkat kecerdasannya. Disinilah program akselerasi mampu menjawabnya.

http://www.gatra.com/
dengan judul Program Akselerasi Jangan Aspek Kognitif Saja, tulisan ini dimaksudkan untuk lebih menyempurnakan pelaksanaan program akselerasi.

http://forum.kafegaul.com/
berisi diskusi tentang program akselerasi dari sudut pandang siswa. Cukup penting untuk didengarkan.

http://docs.google.com/
berisi hasil penelitian, baca saja pdfnya.

http://integralsolo.wordpress.com/
berisi tinjauan pakar psikologi tentang program akselerasi.

http://juliavantiel.multiply.com/
menulis tentang peksanaan program akselerasi selama ini yang kurang jelas arahnya dan memerlukan perubahan.

http://books.google.co.id/
buku yang membahas lengkap plus minusnya program ini.

http://202.146.5.33/kompas-cetak/
menulis kondisi pelaksanaan program dan upaya penyempurnaan yang diperlukan.

http://www.wikimu.com/
membawa judul Prinsip Percepatan Pembelajaran Untuk Mengejar Ketertinggalan, menawarkan pandangan yang lebih luas tentang maksud percepatan.

Pada akhirnya, semua terserah masing-masing. Kalau untuk saya (eh, masih ngotot mentang-mentang pemilik blog) saya sadar bahwa saya tidak akan selalu ada untuk mendampingi anak saya sepanjang hidupnya. Harus saya pastikan ia memiliki bekal ketangguhan cukup untuk menghadapi dunianya. Bukan hanya segala keteraturan seperti yang selalu ditanamkan di sekolah, tapi juga segala bentuk ketidakteraturan yang banyak dijumpai di luar sekolah. Selain tetap dengan mendekatkan diri kepada Allah, tentunya.


0 Comments:

Posting Komentar

Komentar Anda, Harapan Saya

blogger templates | Make Money Online