Minggu, 25 Oktober 2009

Menari di atas kendala


Saya paling suka kalau ada rekan kerja saya yang datang kepada saya mengeluh betapa banyaknya kendala yang dihadapi untuk menyelesaikan tugas. Biasanya saya ikut menghitung jumlah kendala yang dihadapinya, sambil mendengarkan dia bicara panjang pendek tentang beragam kendala tersebut. Setelah dia selesai dengan unek-unek kendalanya, biasanya saya bertanya," Masih ada lagi ?"

Setelah dia menggeleng, barulah saya mulai berkomentar. Begini bunyi komentar saya," Ini menarik ! Saya hitung ada 7 paket kendala. Jumlah yang bagus untuk Anda menari di atasnya". Biasanya rekan ini menganggap saya bergurau, padahal saya serius. Anggap saja kendala tadi adalah tonggak-tonggak batu, berloncatan menari di atasnya sangat menantang. Kalau cuma dua-tiga kendala kurang seru.

Saya berikan reasoningnya kepada rekan saya ini. Kalau permasalahan memang banyak kendalanya, dan semua orang maklum, maka bila gagal masih cukup wajar. Tapi ingat, bila berhasil maka akan menonjol prestasi yang ditimbulkannya. Nah, jika menghadapi kondisi demikian, yang perlu dilakukan adalah siapkan posisi, dengarkan irama, ayunkan langkah menari dengan senyum ceria menghias bibir serta mata berbinar. Dilihatnya juga enak dibanding bersikap loyo, langkah limbung, bibir merengut dan pandangan mata kuyu.

Topik yang sedang saya bicarakan ini berkaitan dengan etos kerja. Kerja dalam arti luas, bisa kerja di kantor atau kerja membangun bisnis pribadi. Kondisi lingkungan bisnis yang semakin kompleks dan penuh persaingan sudah pasti membuat permasalahan yang dihadapi juga semakin beragam. Namun jangan lupa bahwa dibalik kompleksnya permasalahan justru tersembunyi banyak peluang. Akhirnya tinggal pilih saja, mau jadi pemenang atau pecundang.
Pemenang akan bersemangat menyibak kendala dan menggarap peluangnya, sedangkan pecundang hanya meributkannya dan sibuk menyusun berbagai alasan mengapa tidak mendapatkan peluang.

Terhadap rekan dan staf saya, yang saya suruh untuk menari di atas kendala, biasanya saya tunjukkan gambar orang yang sedang berselancar. Peselancar secara sadar mencari kesenangan diantara ombak yang berlarian, tiap jengkalnya adalah kendala, yang bisa membuatnya terjatuh. Dengan penuh semangat dan ceria, dia menari diatas kendala-kendala tersebut, memanfaatkannya untuk menuju pantai sasaran. Kalau terpaksa jatuh, dia akan ulangi lagi, belajar dari kegagalan, dan tetap penuh semangat.
Tak ada orang menari sambil bersungut-sungut. Tak ada peselancar yang ribut mengeluhkan sulitnya menaklukan ombak. Jikalau muncul banyak kendala, jikalau ada beragam tantangan, maka sudah waktunya kita untuk bersenang-senang. Just do it ! Goyang, Mang...!

0 Comments:

Posting Komentar

Komentar Anda, Harapan Saya

blogger templates | Make Money Online